Setiap kejadian adalah pembelajaran bagi penulis (Indari Mastuti)
Di awal karir menulis saya merasakan mengajukan sepuluhan artikel yang diterbitkan satu
Mengirimkan lebih banyak malah tidak ada yang lolos terbit
Lalu saya baca lagi media cetak yang jadi bidikan dan mengevaluasi kekurangan tulisan saya lalu menyempurnakan di tulisan berikutnya
Di awal karir menulis buku saya merasakan ditolak naskah tapi malah hingga kini berkawan baik dengan yang menolak
Di awal karir dibayar murah tapi malah bahagia saja karena yang berharga adalah portofolionya, saya menolak mengeluh karena bayarannya
Di awal karir saya pernah tidak dibayar royalty, saya tidak mencecar penerbitnya, malah jadi kawan bicara penerbit dari hati ke hati dan jadi tahu alasannya kenapa
Di awal karir bisnis kepenulisan Indscript pernah membuat 100 naskah dan akhirnya tidak dibayar, rugi sudah pasti, karena kami tetap harus membayar ke penulis, tapi saya melepaskannya dan kemudian tetap menjaga hubungan baik dengannya meski tidak berpartner kembali
Di awal karir bisnis jasa kepenulisan atau di awal karir menulis banyak kerikil menusuk kaki seolah mau menghentikan untuk melangkah, tapi saya cukup membersihkan kerikil dan melap lukanya, memakaikan kaki dengan sandal, dan kembali melangkah
Satu hal lagi setiap kerikil yang terjadi dalam perjalanan karir saya tidak pernah memblowup siapa saja yang telah melakukannya, saya bertekad untuk menutup aib siapapun
Penerbit saya tutupi aibnya namun menjadikan kekurangannya jadi bahan diskusi antara saya dan penerbit untuk menyempurnakan langkah bersama
Penulis saya tutupi aibnya namun kekurangannya saya jadikan bahan diskusi untuk menyempurnakan langkah mereka
Meski begitu tidak semua sepaham dengan saling menjaga nama baik, dalam beberapa kali saya malah pernah dijadikan bulan-bulanan di social media oleh seseorang dan saya memilih berpura-pura tidak tahu, buta, dan abai saja sampai berbalik yang menjadikan saya bulan-bulanan mengaku dirinya khilaf lalu meminta pekerjaan di Indscript, Masya Allah
Menutupi aib bukan persoalan mudah apalagi penulis memiliki kemampuan menulis yang bisa jadi senjata untuk berargumen untuk menyerang
Saya tahan diri
Saya serahkan pada waktu
Saya tetap fokus pada langkah dan prestasi baru
Saya memilih terus menyempurnakan langkah
Iya saya tahu, tapi cukup saya yang tahu, keburukan siapapun tidak perlu jadi konsumsi publik apalagi memunculkan persepsi dari yang tidak paham masalahnya ketika di-posting dimana-mana
Itu yang menjadi alasan saya di era social media saat ini pun saya tak pernah menulis apapun yang sedang hits atau trending topic baik itu seputar artis atau politik, sebab saya menjaga setiap tulisan hingga menjaga hati dan tentu tak ingin tulisan menjadi ghibah apalagi jadi fitnah
Cara saya ini bisa jadi menjadikan hubungan baik terus terjaga, bahkan tak jarang partner jadi sahabat baik, penulis jadi saudara berasa dilahirkan di rahim yang sama, dan siapapun menjadi berasa diakui karena kekurangannya tidak diumbar namun dijadikan brainstorming bersama.
Jadi penulis tak boleh mudah mengeluh, sehingga lebih bahagia melangkah
Jadi penulis tak boleh temperamen, sehingga lebih pandai melihat peluang
Jadi penulis tak boleh over thinking, sehingga pandai bergaul
Jadi penulis tak boleh menjadikan senjata keahlian menulisnya untuk melukai siapapun
Jaga diri
Jaga hati
Hingga tercapai cita-cita karir menulis yang menjulang, aamiin
(Bersama para penulis Indscript yang berada di tengah Indscript sejak 2013, hingga sekarang bukunya masih diterbitkan oleh Indscript dan partner penerbit, kami menjaga hubungan baik terus menerus)