Iya, ibu dan anak harus kompak. Jadi, tadi malam saya tanya Aisyah
“Apa yang Aisyah ingat tentang Bunda?”
Dengan sigap dia menjawab:
Cium terus…
Beberes…
Sayang…
Bisnis…
IBU DAN ANAK
Itulah lima hal yang Aisyah katakan dan saya ngakak di bagian beberes, karena untuk Aisyah yang usianya baru 4 tahun dia udah lumayan pandai membantu saya membereskan rumah atau menyiapkan keperluan misal, membawakan piring gelas sendok saat buka puasa, membereskan mainannya, menyimpan barang atau sampah pada tempatnya.
Ketika saya tanya: “Biasanya anak itu bisa mandi sendiri usia berapa ya, Aisyah?”
Dia jawab, “Lima tahun”
Saya menyahut, “Berarti harus latihan dari sekarang dong ya, kan Aisyah udah empat tahun, Aisyah mandi Bunda training dan mentoring caranya ya”
Dia mengangguk, dan dia mulai mandi sendiri meski harus saya awasin karena mandiin bonekanya dulu, mainan sabun, dll hahhaa
Selesai mandi dia bilang ke ayahnya, “Aku bisa mandi sendiri dimentoring Bunda loh Ayah”
Ayahnya senyum hahaha
Dan, inilah cara saya melatih kemandirian anak-anak sejak dini, bahkan Ammar sejak kelas dua SD sudah bisa mengatur perlengkapan sekolahnya, dan mulai kelas lima sudah bisa menyiapkan bekal sekolah (masak sendiri), menyiapkan seragam, menata lemari, mendesain kamar, memesan gojeknya, dan aktivitas yang bikin ibunya makin nggak banyak kerjaan hahaha
Bagaimana dengan Nanit? Nanit adalah paling cepat dalam hal kemandirian, dia memutuskan melangkah mau kemana atas keputusannya sendiri, dan sekali lagi saya hanya mencontohkan lalu dia menduplikasi
Nanit mulai dapat uang sendiri dari jualan makanan sejak TK
Memutuskan menulis buku di tahun pertama sekolah dasar
Memutuskan menjadi leader di sekolahnya dari kelas tiga SD
Memutuskan mengikuti berbagai kompetisi hingga menggondol juara sejak kelas satu SD
Semua Nanit lakukan dengan keputusannya sendiri, ketika beliau mengatakan, “Aku akan memiliki piala lebih banyak dari Bunda dan aku calon pemimpin selanjutnya”
Dengan kemandirian anak-anak, saya merasa memiliki team yang kompak menjalankan peran membangun keluarga bersama suami
Karakter anak lelaki mengikuti ayahnya, karakter anak perempuan mengikuti ibunya, orang tua harus jadi role model anak-anak, maka inilah yang selalu membuat saya semangat belajar, sebab harus selalu menyempurnakan langkah sebagai perempuan, ibu, istri, dan juga pebisnis, bismillah
Dan pagi ini, Aisyah berkata: “Aku ingin makan pakai sumpit”
“Kan belum bisa, neng” sahut saya
“Aku mau belajar kok pakai sumpit” Masya Allah jawabannya
Naaah kini Aisyah seperti Nanit kecil, kemanapun dia ikut saya, seperti di foto ini, meski rambutnya doang yang terlihat, dia sedang memperhatikan saya dalam sesi foto
Semoga para Ibu di dunia makin kompak bersama anak-anaknya dan suami, membangun keluarga di dunia dan bersama di akhirat
Dari saya,
Teh Indari Mastuti
Pelatih perempuan produktif dari rumah
Melatih jualan tanpa modal di grup
Jadi, ibu dan anak harus kompak ya.