Tanggal 8 Agustus ini, usia pernikahan saya dan suami 15 tahun. Dan selalu saya mengatakan bahwa 15 tahun ini adalah 15 tahun yang terbaik dalam hidup saya.
Sewaktu lajang saya yang memiliki beban tersendiri dalam keluarga tiba-tiba beban itu terbagi dua dengan adanya suami, bahkan bisa dibilang suami mengambil peran tersebut, suami amat memperhatikan kebutuhan keluarga saya.
Sewaktu lajang saya yang keras kepala tiba-tiba melembut tanpa saya sadari.
Banyak perubahan baik dalam karakter saya dan itu bukan berasal dari otoriter suami (sama sekali suami tidak otoriter) tapi saya menjadikan beliau role model dalam saya berprilaku.
Kesabarannya dalam mengelola masalah dan fokus pada solusi
Tanggung jawabnya kepada keluarga, terutama masalah pendidikan anak sejak usia dini.
Tanggung jawabnya kepada istri, yang bukan hanya sebagai imam mengarahkan istrinya dengan keteladanan, saya diajarkan baca Qur’an, sholat yang benar, sedekah yang benar, mendidik diri dengan tepat, dan apapun.
Tapi satu hal yang sempat mengganjal dalam diri saya beberapa tahun setelah pernikahan, beliau tak pernah sekalipun melarang apa yang saya lakukan
Kemudian saya bertanya, “Kenapa Ayah tak pernah melarang saya?”
Jawaban beliau, “Sepanjang apa yang Bunda lakukan tidak melanggar aturan agama untuk apa dilarang? dengan kemampuan Bunda belajar yang tinggi saya melihat apa yang Bunda lakukan sudah dalam koridornya. Saya tidak akan membatasi langkah Bunda sepanjang itu kebaikan, Bunda yang sebelum menikah adalah orang yang aktif, maka setelah menikah boleh tetap aktif, pernikahan tidak perlu mengubah segalanya.”
Inilah alasan saya kemudian mengajak lebih banyak perempuan getol belajar, sebab dengan getol belajar, perempuan akan paham apa yang dilakukannya dengan tepat.
Mari perempuan, kita semangat belajar, terus melangkah dengan ilmu.
Salam belajar,
Indari Mastuti
Founder Indscript