Pernah bercermin?
Apa yang Anda lihat di cermin?
Lekuk tubuh
Bentuk hidung
Bulatan mata
Dua telinga
Senyuman indah
Ya cermin, akan memperlihatkan apa yang sesungguhnya ada dalam diri kita
Itu seandainya kita mau bercermin atau pede bercermin
Maka ada yang mengatakan sebelum kita mencaci keburukan orang lain, cobalah bercermin diri, jangan-jangan kita lebih buruk dari yang kita caci
Dan ini juga yang menjadi alasan saya begitu sulitnya untuk mengkritik terbuka pada seseorang, kalau pun saya mengkritik saya lebih suka mengkritik secara one to one atau tertutup, setelah itu saya akan balik bertanya, “adakah sesuatu yang ingin Anda kritik dari diri saya?” maka yang terjadi adalah saling memberi masukan
Suatu waktu saya pun bertemu dengan salah satu kolega dan ingin bekerjasama dengannya, namun saya urung melakukan karena beliau intens sekali memberikan kritik terbuka di social medianya, saya jadi ngeri membayangkan jika kami bekerjasama dan terjadi satu miskon, saya terkena kritik terbuka
Loh nggak siap mental teh? jujur, ya, saya tidak ingin mengkritik terbuka seperti halnya saya tak mau dikritik secara terbuka, saya ingin saling mengkritik dari hati ke hati. Maka ketika saya ingin sedang bermasalah dengan siapapun, saya memilih mendekatinya, mengobrol berdua, dan bicara dari hati ke hati dibandingkan langsung membicarakan, mengghibah, atau menuliskannya di socmed. Jika saya sedang ingin membuka aib seseorang, saya akan bercermin dulu, “Apakah aib saya tak lebih besar darinya? bukankan saya pun tak mau aib saya dibuka-buka?” NO BODY PERFECT dan saya memilih bercermin dulu sebelum melemparkan kotoran pada orang lain.
Semoga Anda setuju dengan hal ini, mari kita bicara dari hati ke hati bukan saling membongkar keburukan, sebab orang yang bicara keburukan orang lain bukan berarti lebih baik dari yang diburukan malah mungkin lebih buruk dari yang dibicarakan, naudzubillah